Melonjaknya kasus positif virus corona atau Covid 19 pada klaster perkantoran di wilayah DKI Jakarta dalam sepekan terakhir disebut karena pemberlakuan kebijakan kerja dari rumah atau Work From Home (WFH) yang mulai longgar. Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menjelaskan bahwa saat ini pandemi Covid 19 belum terkendali, sehingga penting bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk terus menerapkan kebijakan WFH dibandingkan Work From Office (WFO). Menurutnya, karyawan yang telah divaksin pun masih berpotensi terpapar Covid 19.
Sehingga untuk meminimalisir peningkatan kasus Covid 19 pada klaster perkantoran, penerapan WFH perlu diperketat. Dicky kembali menegaskan bahwa karyawan, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah divaksin pun masih memiliki risiko besar terpapar virus ini. Sehingga, WFH menjadi satu langkah terbaik dalam menekan lonjakan Covid 19.
"Apalagi orang itu walaupun sudah divaksin (tapi masih) masuk kategori risiko tinggi ya, tetaplah WFH," kata Dicky. Karena itu, kebijakan untuk meminta karyawan untuk WFO diharapkan dipertimbangkan kembali. Ini tidak hanya berlaku bagi perkantoran swasta saja, namun juga Kementerian dan Lembaga (K/L).
"Ini yang saya kira harus dievaluasi, ini bukan hanya bicara Jakarta ya, semua perkantoran yang ada di Jakarta, Kementerian dan Lembaga itu juga sama," jelas Dicky. Perlu diketahui, pada periode 5 11 April 2021, jumlah kasus terkonfirmasi Covid 19 pada klaster perkantoran di DKI Jakarta mencapai 157 dari 78 perkantoran. Kemudian satu pekan kemudian, tepatnya pada 12 hingga 18 April 2021, angkanya melonjak signifikan menjadi 425 kasus positif dari 177 perkantoran.